Muhammad Fauzan (fzn0x) - Blog

Sisi Gelap Bekerja di SCBD dan Pengalaman Saya Bekerja Di SCBD

Kisah berawal dari negosiasi, perjanjian dari salah satu atasan (saya tidak akan transparan untuk jabatan dan nama atasan tersebut pada postingan ini) adalah saya akan mendapatkan gaji bersih sebesar 10 juta dengan perjanjian fasilitas, tanggungan dan pajak yang akan dibayarkan, saya menyetujui, lalu kami bincang bincang sedikit soal blockchain, bahwa blockchain hanyalah teknologi lama yang dikembangkan menjadi buku jurnal transaksi, pekerjaan terlewati dengan lancar sampai akhirnya saya sudah bekerja 2 bulan di kantor tersebut.

Karyawan diharuskan manajemen untuk tinggal di lokasi terdekat, salah satu atasan saya memilih tempat bernama House Of Vision sebagai tempat tinggal saya yang dekat dengan kantor, ternyata biaya tempat tinggal saya hanya dibayarkan di bulan pertama, seterusnya saya bayar sendiri, saya menyadari keanehan pada bulan ketiga, dan mengatakan keanehan tersebut pada ketua tim IT saya, saya sempat menangis didepan beliau, dan beliau berjanji untuk mengusahakan renegosiasi karena gaji saya yang sebelumnya 10 juta harus dipotong 3,7 juta, dimana untuk role saya sebagai Fullstack Web Developer (sebagaimana tertulis di kontrak yang pernah saya tanda tangani) dan kerja yang hectic, itu sangat tidak worth mengingat dimana lokasi tempat saya bekerja.

Baca juga: Review saya di House of Vision.

Fenomena para pekerja SCBD

SCBD seringkali dikaitkan dengan distrik dimana perusahaan elite berada, dari pemerintahan sampai swasta, bahkan kalian bisa saja ketemu dengan orang terkenal di daerah tersebut, namun seringkali sebenarnya SCBD memiliki fakta bahwa beberapa perusahaan-perusahaan elite di SCBD sebenarnya hanya menghamburkan uang para investor, dan beberapa karyawan digaji dibawah standar hidup disana, disini saya membagikan cerita tersebut dari sisi pengalaman saya dan pengalaman orang lain.

Standar hidup SCBD

Bekerja di SCBD saya dipaksa memiliki standar hidup kelas elite, termasuk tempat tinggal yang dipaksa untuk tinggal di tempat kos yang mahal, bahkan kos-kosan yang kalian temui sekitar SCBD itu sudah memiliki rate 1,6 juta sampai 5 juta perbulan berdasarkan data dari Mamikos sejak saya menulis artikel ini.

Pengeluaran kalian di SCBD masih bisa diatur karena cenderung harganya bervariasi, namun pilihan yang murah tidaklah banyak dan kalian terpaksa harus memilih hal itu terus menerus, jika kalian mudah bersyukur, itu mungkin baik-baik saja, tapi hal repetitif seperti ini cukup membosankan dan kadang membuat kita berpikir "saya tinggal di daerah elite, skill saya dapat mengikuti perkembangan perusahaan yang rapid dan kadang agile, tapi kenapa hidup saya seperti ini?", saya akan membagikan pengalaman kerja saya di SCBD berkaitan dengan hal yang sama.

Pengalaman saya bekerja di perusahaan SCBD

Pertama kali bekerja di SCBD, orang tua saya tidak menyangka saya bisa bekerja di perusahaan yang berada di SCBD, belum lagi katanya saya akan mendapatkan tunjangan tempat tinggal dari salah satu teman kerja saya karena saya sudah menjelaskan proses negosiasi, saya bahagia juga saat itu, karena saya 'merasa' berhasil di tahap negosiasi, yaitu saya mendapatkan gaji sebesar 10 juta dengan tunjangan tempat tinggal, dimana itu fantastik, apalagi tempat tinggal yang dipilih adalah kos-kosan elite seharga 3,7 juta dengan fasilitas yang luar biasa lengkap, saya bahagia sampai pada akhirnya bulan berganti.

Ternyata, saya harus membayar kos-kosan saya sendiri, berbeda dari apa yang saya bicarakan dengan CTO perusahaan tersebut, saya sama sekali tidak paham, kenapa kos-kosan bisa keluar dari janji tunjangan yang disebutkan pada saat negosiasi, disitu saya langsung merasa salah pada saat proses negosiasi, saya meminta bantu teman kerja saya, apa yang terjadi adalah CTO tersebut merasa saya tidak sopan, setelah kejadian tersebut, teman kerja saya menyarankan saya bisa melakukan negosiasi ulang setelah 6 bulan bekerja, oleh karena itu, saya diam dan melupakan kesalahan negosiasi tersebut dalam waktu 6 bulan dan saya tidak dibolehkan keluar dari kos-kosan yang affordable tersebut oleh teman kerja saya karena jaraknya yang tergolong paling dekat.

Setelah 5 bulan terlewati, saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut, dan diberi notice period 3 bulan, setelah diskusi dengan petinggi perusahaan dan teman kerja yang membawa saya ke tempat tersebut, teman kerja saya berkata bahwa biaya kos-kosan saya akan tetap dibayar, walaupun posisi saya sudah mengajukan notice period. Dan saya akan dijanjikan beasiswa secara gratis di universitas khusus jika mau stay oleh petinggi perusahaan.

Setelah 6 bulan terlewati, melewati rintangan dari 3 kali logika bisnis berubah secara masif, yang dimaksud secara masif disini adalah perubahan yang konstan dan sering terjadi dan perubahannya cukup besar untuk mengubah implementasi yang sudah ada, saya diwajibkan untuk bekerja dari pagi sampai malam untuk menunggu perintah dalam perubahan logika bisnis, yang dimana itu tidak masuk akal dengan pendapatan saya, saya mulai menunggu di saat-saat negosiasi dimulai kembali, ternyata CTO perusahaan tersebut hanya memberikan kontrak, dan menghindari kontak mata dengan saya, lalu apa yang terjadi adalah nominal gaji di kontrak tersebut jumlahnya sama seperti yang kontrak saya sebelumnya. (beliau yang terafiliasi dengan CTO dan CEO, YTTA, juga mengakui di salah satu podcast bahwa beliau cukup kejam dalam mengendalikan perusahaan-perusahaan terkait)

Akhirnya saya memutuskan untuk keluar secara hukum yaitu selambat-lambatnya adalah 30 hari, dimana one month notice adalah standar maksimal kalian untuk notice period, 3 bulan itu termasuk hal yang tidak normal yang baru saya sadari karena salah satu teman komunitas saya memberitahu tentang hal ini, saya keluar di bulan ke-7 dan mengembalikan semua asset yang diberikan perusahaan dan kemudian teman kerja saya membohongi saya bahwa laptop dikunci dan saya harus datang kembali untuk membuka kunci, padahal laptop tersebut sudah saya buat tidak terkunci (playing little trick on me).

Seperti yang dilampirkan oleh undang-undang dibawah ini:

Hal ini diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK). Dalam Pasal 162 ayat (3) UUK diatur mengenai syarat bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri adalah:

Syarat pengunduran diri pekerja/buruh ini dapat juga ditemui dalam Pasal 26 ayat (2) Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 78/2001 tentang Perubahan Kepmenaker No. 150/2000 tentang PHK, Pesangon, dan lainnya yang berbunyi:

Jika perusahaan tidak memberikan keputusannya dalam waktu 14 hari, perusahaan dianggap telah menyetujui pengunduran diri tersebut.

Selain itu, sebelum saya memutuskan keluar dari perusahaan, teman kerja saya yang berada di team IT yang sekaligus sebagai pengarah dan mentor saya (karena saya bekerja sebagai pekerja IT) tidak pernah ingin berdiskusi dengan saya dan selalu mengalihkan pandangannya, hal ini terjadi setiap hari selama sebulan, saya bingung apa yang terjadi, tapi sepertinya teman kerja saya ini ingin menciptakan citra buruk pada saya dengan membuat saya kehilangan arah selama sebulan, ataupun alasan lain yang tidak saya ketahui.

Dan saya juga diperlakukan tidak mengenakkan oleh teman kerja saya di tim yang sama dan office boy, dimana mereka mengulangi kata saya dengan nada yang tidak mengenakkan namun dengan volume yang kecil (seperti mereka melampiaskan stress kepada saya), saya tidak tahu kenapa mereka bersikap seperti ini, namun pasti terjadi sesuatu di belakang layar. Namun, saya tetap memiliki satu teman kerja yang baik dan sepertinya netral.

Tekanan kerja di SCBD

SCBD seringkali muncul sebagai daerah dengan warga yang memiliki pakaian branded, hal ini cukup membuat gengsi beberapa orang yang memiliki gaji dibawah UMR jakarta yang bekerja di SCBD, hal itu menyebabkan mereka mengeluarkan uang untuk fashion dan menyisihkan sedikit penghasilan mereka untuk tabungan, belum lagi jika kalian bekerja dengan orang yang memiliki gaya hidup mahal, maka kalian mau tidak mau agar keliatan bisa mengikuti harus mengikuti kemauan mereka, seperti untuk liburan, makan di blok-M, tentu saja ini membebani kalian yang memiliki total gaji dalam grup underpaid namun dipaksa untuk liburan dengan teman kerja kalian yang lebih tinggi dari sisi gaji.

Di kasus saya, saya mengalami ini juga padahal intensitas pekerjaan yang saya terima itu sama dengan job desk teman kerja saya yang lain, karena perusahaan tersebut agile dan rapid, semua job desk harus bekerja secara cepat dan tepat mengikuti business logic yang masih dalam keadaan selalu berubah-rubah, kalian bisa melihat artikel di berita ini https://www.finansialku.com/bikin-miris-ini-kenyataan-gaya-hidup-mbak-mbak-scbd/, karena menurut saya ini cukup akurat, hanya miss sedikit saja yaitu pada range gaji, saya dekat dengan salah satu office boy dan dia memiliki gaji 4 juta di kawasan tersebut.

Kesimpulan

Terima kasih sudah membaca tulisan saya ini, kesimpulannya, kalian bisa kerja dimanapun, cari yang sesuai, tidak penting dimanapun tempatnya, kadang suasana tempat kerja yang terlihat baik belum tentu baik didalamnya, bisa saja ada political business dan manipulator didalamnya, saya hanya berharap kalian sebagai pembaca bisa selalu berhati-hati dalam menentukan target kedepannya, karena itu menentukan masa depan, saya telah melalui ini walaupun masih meninggalkan luka, tapi saya percaya, bahwa Tuhan tidak akan pernah berbohong dengan janji-Nya, dan usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Titik Penting Pengalaman

Berikut titik penting pengalaman untuk memudahkan referensi: